BANGKINANGKOTA(auranews.co.id) – Kisah pilu dari warga Bangkinang Kota, Doni Eka Saputra atau akrab dipanggil Doni Nambing (42) yang tinggal digubuknya Jalan Agus Salim disamping AY Parfum, kelurahan Langgini, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar.
Doni yang kesehariannya merupakan Ghorim di Mesjid Al-Hidayah. Bulan Juli, dua tahun yang lalu ia mengalami kecelakaan tragis, insiden tersebut mengakibatkan ia sedikit kehilangan tengkorak kepalanya. Doni mengalami Koma selama 10 hari di Rumah Sakit Syafira Pekanbaru sehingga selama 6 bulan setelah operasi ia tidak mampu bekerja.
“saya mengalami kecelakaan di depan Bank Riau Kepri, pas di simpang jalan flamboyan. Ketika itu saya di tabrak yang mengakibatkan kepala saya bocor, dan sedikit kehilangan tengkorak kepala” ucap lelaki 42 tahun itu dirumahnya kamis malam (23/07/2020).
Sekarang Doni hidup dengan sedikit kehilangan tengkorak kepala yang membuat ia tak sanggup bekerja, hanya berjualan minuman dingin untuk menyambung hidupnya.
Ia mengaku kalau bekerja ia tak sanggup karena merasa pusing dan sakit kepala, melihat ke atas saja ia pun tak sanggup.
“saat ini bekerja saya tak sanggup, cuma berjualan seperti ini yang mampu saya lakukan. Melihat ke atas saja saya sudah merasa pusing dan sakit kepala”bebernya.
Insiden na’as yang menimpa nya tersebut membuat 4 orang anak dan istri nya berpisah dikarenakan tempat tinggal yang tidak mampu menampung keluarganya itu.
Doni yang tinggal didalam gubuk tak layak huni itu. Hanya berukuran 2 X 2 meter, berdindingkan terpal lusuh, tidur beralaskan sprei kumuh dan atap gubuk yang bocor jika hujan tiba.
Setiap hari Doni harus berjuang untuk bertahan hidup dengan berjualan minuman dingin di depan gubuknya itu. Ia berharap adanya perhatian pemerintah dengan keadaan hidupnya saat ini. Itu pun ia bertahan hidup dari modal pinjaman koperasi dengan membayar perharinya Rp 35 ribu.
Namun sayang, di tengah pandemi corona ini, ia hanya mampu medapatkan untuk membeli satu kilo beras karena sulitnya berjualan dan biaya modal yang terbatas.
Untuk tempat tinggal nya saat ini ia harus membayar sewa tanah kepada pemilik sebesar Rp 400 ribu per bulannya.
Doni menyampaikan sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca, hidupnya yang sebatang kara di sebuah gubuk yang kurang layak dengan segala keterbatasan.
“Tinggal di sini sudah 6 bulan, biaya hidup susah dik, untuk biaya usaha saja saya meminjam di koperasi. Satu pun bantuan saya tidak pernah tersentuh oleh pemerintah. Itulah 4 orang anak dan istri saya ngungsi kerumah mertua saya ” katanya.
Di tengah ramainya pembagian bantuan sosial dampak virus Corona, Doni yang diketahui tidak pernah medapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Jangankan bantuan langsung tunai Covid-19, bantuan-bantuan sebelumnya pun tak pernah ia terima.
Doni berharap jika ada yang berkenan membantunya untuk biaya hidup atau pun biaya usahanya.
“saya berharap adanya perhatian pemerintah atau orang yang ingin membantu saya untuk menyambung hidup”tambah ayah 4 orang anak tersebut.
Teruntuk semua jika ada yang tergerak hatinya untuk menolong saudara kita ini dengan keikhlasan hati ingin membantu donasi, bisa melalui Nomor rekening :
3364 0103 7139 5 32
Bank BRI a.n Alek Santoso.(Rio)