MERANTI (auranews.id) – Bupati Kepulauan Meranti Drs. H. Irwan M.Si membuka secara resmi Festival Perang Air, pembukaan kegiatan yang berhasil menyedot ribuan wisatawan lokal maupun manca negara tersebut dipusatkan di jalan Ahmad Yani, Selatpanjang, Kamis (7/2/2019).
Turut bergembira dalam Festival Perang Air atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Cian Cui’ oleh masyarakat Tiong Hoa Selatpanjang, Bupati Meranti bersama Hj. Nirwana Sari Irwan, Perwakilan dan Kementrian Pariwisata, Anggota DPR RI H. Jon Erizal, Wakil Ketua DPRD Riau H. Sunaryo, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Fahmizal M.Si, Kapolres Meranti AKBP. La Ode Proyek, Inisiator Perang Air Mantan Kapolres Meranti AKBP. Pandra, Uyung Meranti, Anggota DPRD Meranti Lindawati, Darwin, Kepala Dinas Pariwisata Meranti Rizki Hidayat, Kabag Humas dan Protokol Meranti Hery Saputra, Kabag Perbatasan Efieldi, Ketua GenPI Provinsi Riau Asvian Putra, Perwakilan MURi, Putri Indonesia Riau, dan tamu lainnya.
Pembukaan Perang Air ditandai dengan pelepasan balon ke udara oleh Bupati Kepulauan Meranti didampingi anggota DPR RI Jon Erizal yang dilanjutkan dengan penembakan senapan air pertama oleh Bupati dan rombongan.
Sekedar informasi dalam kegiatan itu Wakil Bupati juga berkesempatan menyerahkan penghargaan kepada para inisiator Festival Cian Cui kepada Mantan Kapolres Pandra yang kni bertugas di Mabes Polri AKBP. Zahwani Pandra Arsyad, Istri Almarhum Pendi yang juga Angota DPRD Meranri Linda Wati, Anggota DPRD Meranti Darwin dan Uyung Meranti.
Dalam sambutannya Bupati Kepulauan Meranti H. Irwan M.Si mengungkapkan, Festival Perang Air yang berhasil meraih Penghargaan Pesona Indonesia Kategori Ivent Wisata Paling Kreatif dan Populer di Indonesia itu sama sekali buka ritual agama tetapi merupakan kebiasaan dari masyarakat Meranti tempo dulu dalam menyemarakan Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air, berangkat dari kebiasaan itu diadopsi oleh masyarakat Tiong Hoa dengan Perang Air atau yang dikenal dengan Cian Cui seperti saat ini.
“Jadi Perang Air ini bukan Ritual Agama tetapi lahir dari kebiasaan masyarakat sejak puluhan tahun lalu yang diadopsi oleh masyarakat Tiong Hoa, dan ini merupakan wujud kebinekaan itu,” jelas Bupati.
Perang Air ditambahkan Bupati merupakan kegiatan kegembiraan seluruh warga Kepulauan Meranti, baik yang berasal dari suku Melayu atau Suku Tiong Hoa dan suku lainnya. Semuanya berbaur menjadi satu berhembira menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.
“Perang Air ini tidak ada kaintannya dengan agama apapun apakah Budha, Konghucu, Perang Air merupakan kebiasaan warga Selatpanjang yang dimainkan pada dua hari raya yakni Idul Fitri dan Imlek namun seiring dengan berjalannya waktu Perang Air pada perayaan Imlek jauh lebih meriah dan tiap tahun semakin ramai,” jelas Bupati.
Untuk terus mengembangkan Cian Cui sebagai langkah awal Bupati Irwan mengajak masyarakat menyatukan persepsi dengan pemerintan bagaimana membuat ivent ini (Cian Cui.red), menjadi ramai dan terkenal didunia. Sehingga orang mau berbondong-bondong datang ke Meranti dan mampu memberikan multyplier efek positif yang luar biasa bagi Meranti khususnya dalam peningkatan ekonomi masyarakat.
“Dampak dari Perang Air ini sangat luar biasa Hotel Hotel penuh, rumah makan dan transportasi becak ramai, tiket kapal habis, serta pusat pusat perbelanjaan ramai dsn tentunya ini sangat menguntungkan bagi masyarakat,” ujar Bupati.
Bupati tidak menapik masih adanya polemik dan penolakan oleh sebagian masyarakat menyikapi Festival Perang Air ini, hal itu menurut Bupati memberikan dampak negatif bagi kunjungan wisata Meranti.
“Sebelumnya Duta Besar Thailand, Duta Besar Tiongkok, Taiwan dan Autralia mau datang namun karena adanya isu isu yang menjadi polemik akhirnya mereka membatalkan niatnya ke Meranti,” aku Bupati.
Usai membuka Perang Air, Bupati Irwan dan Anggota DPRD Jon Erizal berbaur dengan ribuan masyarakat Meranti ikut melakukan Perang Air. Yang menjadi ivent terunik di dunia itu, karena merupakan  satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua didunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailad hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau tahun baru cina.
Dalam Perang Air, itu seluruh masyarakat Selatpanjang baik suku Tiong Hoa, Melayu atau lainnya, tak pandang bulu baik tua-muda larut dalam kegembiaraan. Dalam perang Air itu kelompok warga ada yang berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbanya dipinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air seperti jalan Ponegoro, Kartini, Imam Bonjol dan Teuku Umar.
Tak ayal lagi siapapun yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup, hebatnya tak ada dendam dalam ivent ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak, hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.
Menyikapi Ivent ini, Anggota DPR RI Jon Erizal akan menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti khususnya Bupati Irwan yang telah berhasil mengemas Cian Cui menjadi ivent wisata yang sangat potensial. Menurut Jon Erizal potensi pariwisata bukan hanya ada pada pantai, gunung, lautan tapi sepanjang Pemerintah Daerah kreatif semua dapat menjadi potensi pariwisata daerah yang potensial salah satu contoh Perang Air di Meranti ini.
“Saya sangat mengapresiasi Perang Air yang sudah menjadi kearifan lokal, dan juga mengapresiasi pemerintah daerah yang sangat jeli melihat potensi wisata ini. Sebab kita jangan hanya bisa melihat Bali itu hebat, Lombok itu indah, tapi yang kita punya mana..?,” tanyanya.
“”Dan saya sebagai Wakil Rakyat Riau ditingkat Pusat akan menyampaikan kepada Pemerintah untuk terus mendukung Festival Perang Air ini,” ungkap Jon Erizal lagi.
Harapan Pemda, dengan adanya Perang Air yang telah masuk dalam ivent Pariwisata Kabupaten Kepulauan Meranti bisa memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya Tiong Hoa bisa lebih bergembira, selain itu juga sebagai daya tarik wisata bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk datang ke Meranti.
Seperti diketahui sedikitnya jumlah kunjungan pada kegiatan Cian Cui ini tiap tahunnya di Meranti bisa mencapai 20 ribuan orang. Selain menikmati suasana Perang Air para wisatawan yang datang ke Meranti juga dapat menikmati berbagai kuliner olahan Sagu khas Meranti yang juga sudah dikenal oleh para wisatawan lokal maupun manca negara, sebut saja Sempolet (Sop Sagu), Mie Sagu dan lainnya.
Lebih jauh disampaikan Bupati, Pemda Meranti akan terus berkomitmen untuk mengemas Cian Cui semakin baik dari waktu kewaktu seperti saat ini dari segi keamanan, kebersihan, sehingga wisatawan yang datang semakin nyaman dan terus kembali.
“Format Perang Air tahun ini hampir sama dengan tahun sebelumnya cuma Pemda bersama aparat keamanan mencoba lebih menertipkannya agar masyarakat yang mengikuti maupun menonton semakin nyaman. Karena tahun tahun sebelumnya masih banyak peserta perang air yang tidak tertip seperti melempar botol, menggunakan air es dan lainnya yang bisa membahayakan,” jelas Bupati Irwan.
Untuk diketahui kegiatan Perang Air atau Cian-Cui di Kota Selatpanjang, Kabuoaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 Wib, pada saat itu ribuan warga Selatpanjang, sudah mempersenjatai diri dengan senapan air berbagai jenis, termasuk yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat menyemprotkan air sebanyak mungkin. Di pinggir jalan juga terlihat ember ember besar berisi air sudah dipersiapkan pula oleh sekelompok warga untuk menyiram setiap orang yang melewati mereka. Meskipun badan telah basah kuyup dan kulit wajah memerah kepedihan terkena siraman air namun hati tetap gembira.
Setiap tahunnya, warga keturunan Tiong Hoa dari berbagai daerah di Indonesia bahkan manca negara berbondong bondong mendatangani Kota Selatpanjang untuk mengikuti Cian-Cui atau hanya sekedar untuk menyaksikan ivent terunik di dunia ini. Dari informasi dari Dinas terkait jumlah wisatawan yang datang ke Meranti saat Ivent itu mencapai 20 ribuan orang. Biasanya para wisatawan yang sudah pernah mengikuti perang air di Selatpanjang tak akan melewati ivent ini ditahun tahun berikutnya. (HMs/Mihrab Putra).