BANGKINANG KOTA(AuraNews.id) – Senam Sehat yang ditaja oleh Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Kampar di acara Car Free Day (CFD) bersempena dengan sosialisasi anti narkoba, Ahad pagi (14/10/2018) menuai kritikan dari beberapa elemen masyarakat terkait bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan merupakan budaya masyarakat Kampar.
Pengurus Gugus Depan Pemuda Serambi Mekkah (GPSM) Kabupaten Kampar Firdaus Way, kepada AuraNews.id menyampaikan bahwa Wakil Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto yang merupakan Ketua BNK Kampar harus banyak belajar tentang Budaya Kampar serta kearifan lokal dari leluhur masyarakat Kampar.
“Bacampunyo jantan jo batino, bagoyang-goyang indak budaya masyarakat awak tu do (Bercampurnya Laki-laki dan Perempuan dengan bergoyang-goyang bukan merupakan Budaya kita),” terang Firdaus Way, Ahad malam.
Menurut Firdaus, alangkah eloknya jika ingin tetap mengadakan Senam Kebugaran seperti itu, tolong dipisahkan antara kelompok laki-laki dan wanita, termasuk instruktur senam nya, kalau kelompok laki-laki instruktur senamnya, ya laki-laki, jangan wanita yang berpakaian seksi, nanti malah menimbulkan pikiran yang aneh-aneh.
Firdaus Way juga mengkritisi kegiatan senam pagi yang diikuti oleh ASN setiap Kamis pagi di lingkungan Pemkab Kampar, bukan tentang kegiatan acara senamnya tetapi lebih kepada kostum seksi yang dikenakan oleh para instruktur senam.
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang tokoh pemuda Kampar, Syamsir Syarif, S.Kom. Dia sangat prihatin dengan masih dilakukannya senam di acara Car Free Day.
“Acara tersebut sangat bagus, akan tetapi cara yang seperti ini tidak sesuai dengan budaya Kampar yang kental dengan agama. Apalagi Kampar berjulukan Serambi Mekkah nya Riau,” kata mantan Sekum PSSI Kabupaten Kampar itu, Ahad malam.
Terkait dengan kegiatan tersebut, kata Syamsir, sosialisasi narkoba sangat bagus untuk masyarakat, hanya saja yang di sayangkan kegiatan tersebut diselingi dengan senam bebas. “Jadi tidak fokus,” katanya.
Anggota DPRD Kabupaten Kampar periode 2009-2014 itu berharap Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kampar menyikapi persoalan ini.(FDr/NDs)