Rabu, Juni 18, 2025
BerandaDaerahYunike Filmar, Pencetus Budidaya Madu Galo-galo dari Sijunjung

Yunike Filmar, Pencetus Budidaya Madu Galo-galo dari Sijunjung

SIJUNJUNG (auranews.id) – Galo-galo memiliki nama latin Trigona. Masyarakat Sumatera Barat dan provinsi Riau menyebutnya Galo-galo,  dan di daratan Sulawesi dinamai Ketape atau Emmu, sementara masyarakat Sunda menyebutnya Teuwel.

Galo-galo adalah salah satu kelompok lebah (ordo Hymenoptera) yang tak berbisa, namun lebah ini menghasilkan madu yang tak kalah dahsyat manfaatnya dibandingkan madu yang dihasilkan lebah madu biasa.

Potensi madu Galo-galo ini tengah dikembangkan oleh Yunike Filmar, warga nagari Lalan, kecamatan Lubuk Tarok, Sijunjung. Bagaimana kisahnya?

Hendri-Sijunjung

Berawal dari sebuah penelitian untuk Skripsi di Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada tahun 2017, Yunike Filmar mencoba mempelajari Galo-galo (Trigona). Mulai dari manfaat dan peran galo-galo untuk pertanian, hingga mafaat madunya untuk kesehatan.

Diawal penelitiannya, Yunike sudah mendapat berbagai cobaan. Bagi masyarakat yang belum mengetahui manfaat yang dihasilkan Galo-galo, penelitian itu sempat dianggap oleh warga sebagai kegiatan yang percuma dan tiada arti. Bahkan keluarganya sendiri sempat menyebut penelitian tentang Galo-galo tersebut adalah sia-sia saja.

Namun bukan Efil (sapaan Yunike Filmar) namanya, jika menyerah hanya karena meneliti galo-galo dianggap sebuah upaya sia-sia. Alumni Fakultas Pertanian Unand itu malah semakin yakin, bahwa penelitiannya tersebut tidak hanya untuk melengkapi syarat kesarjanaannya saja, tapi juga akan memberikan sebuah pemikiran baru pada masyarakat tentang manfaat Galo-galo.

Yunike Filmar memulai penelitiannya menggunakan batok kelapa. Alasannya sederhana, menggunakan batok kelapa sebagai trobosan untuk budidaya galo-galo ini ramah lingkungan.

Suami Yunike Filmar, yang bernama Anggar Dwi Waluyo menceritakan, bahwa Galo-galo yang dijadikan sebagai objek penelitian tersebut, juga sempat dianggap warga setempat sebagai binatang pengganggu. Karena diawal penelitian itu warga belum mengetahui kalau Galo-galo itu sendiri adalah salah satu serangga yang membantu penyerbukan pertanian dan perkebunan.

“Kini Efil mampu mengedukasi  warga, bahwa galo-galo tidak hanya sebagai agen penyerbuk tananam saja, tetapi juga mampu menghasilkan madu yang memiliki rasa dan aroma yang unik, serta sangat bermanfaat untuk kesehatan jika mengkonsumsinya,”tutur pria yang akrab disapa Mas itu.

Kini, sambung Anggar Dwi Waluyo, masyarakat sudah mulai paham akan pentingya lebah sebagai agen penyerbuk. Bahkan kata dia, beberapa masyarakat juga sudah bisa merasakan keuntungan secara ekonomi dari madu Galo-galo ini.

“Untuk saat ini istri saya bermitra dengan masyarakat setempat,  sehingga masyarakat juga bisa merasakan dan menikmati manfaat galo-galo, dan warga juga terbantu dengan peningkatan hasil pertanian dari penyerbukan bunga yang di bantu lebah mini itu,”jelas Anggar.

Saat ini, sarang Galo-galo yang  dikembangkan Yunike Filmar ini mencapai 70 sarang. Meski hasilnya belum seberapa, namun, harga penjualan madu Trigona ini mencapai 100 ribu hingga 250 ribu untuk tiap 100 ml madu. “Harganya berpariasi, tergantung jenis dari galo-galo penghasil madu tersebut,”tutur Anggar.

Sementara itu Yunike Filmar  menyebut, bahwa kendala yang dihadapi saat ini yakni kurangnya  modal dalam mencari terobosan  teknologi untuk pengembangan madu. Karena kata Efil, bantuan teknologi akan mampu meningkatkan hasil madu.

“Alhamdulillah, dengan kesabaran dan usaha, pemerintah nagari Lalan, kecamatan Lubuk Tarok, bahkan pemerintah daerah kabupaten Sijunjung sudah mulai  tertarik untuk pengembangan galo-galo ini, dan mudah-mudahan nantinya pemerintah daerah juga bisa mencarikan solusi terkait kendala tersebut,”ungkap Yunike.

Anak dari pasangan M.Sation dan Maiyusna itu juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah daerah melalui pemerintah nagari, agar budidaya madu Galo-galo ini juga mampu memberikan manfaat menyeluruh bagi masyarakat nagari Lalan dengan menjadikan nagari Lalan sebagai sentra madu galo-galo, sehingga menarik minat masyarakat luar daerah untuk berkunjung kelokasi budidaya galo-galo ini.

“Dengan banyaknya masyarakat dalam daerah dan luar daerah ke nagari Lalan untuk melihat budidaya galo-galo, para pengunjung juga bisa langsung mencicipi madunya. Untuk itu, kita sangat berharap kepada semua unsur terkait, terutama pemerintah daerah untuk lebih mencurahkan perhatiannya, agar usaha budidaya madu galo-galo ini mampu memberikan keuntungan menyeluruh bagi masyarakat.

Dengan keberhasilan Yunike Filmar dalam membudidayakan madu dari lebah tanpa bisa ini, Sarjana Pertanian ini terpilih sebagai pemenang dalam pemilihan Pemuda Pelopor bidang pangan.

Yunike berhasil mengalahkan belasan pemuda pelopor lainnya dari berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat. Oleh juri, Yunike berhasil mengembangkan dan  mengolah madu galo-galo di nagari Lalan, kecamatan Lubuk Tarok.

Dengan keberhasilan itu, Yunike Filmar nantinya akan mewakili Provinsi Sumatera Barat ke ajang pemilihan pemuda pelopor tingkat nasional.****

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments