Sabtu, Februari 8, 2025
BerandaDaerahSepenggal Kisah Pejuang Kemerdekaan, Datuk Seribu Garang

Sepenggal Kisah Pejuang Kemerdekaan, Datuk Seribu Garang

KAMPAR(auranews.id) – Datuk Seribu Garang merupakan salah seorang pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia dari Kampar, Riau. Beliau merupakan putra Desa Muara Uwai, Kecamatan Bangkinang.

Salah seorang keturunan Datuk Seribu Garang, Yurnalis Basri, S.Sos, M.Si yang saat ini menjabat Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (PMK) Kabupaten Siak mengatakan bahwa Datuk Seribu Garang merupakan Sahabat Karib Datuk Tabano dalam melawan Penjajah ketika Indonesia belum merdeka.

Ia menceritakan, waktu Datuk Tabano mati dibunuh oleh Belanda, Datuk Seribu Garang sedang bertapa di Bukit Palambaiyan perbatasan Kampung Deling dengan Sungai Tonang.

Saat itu, satu-satunya centeng yang tinggal setelah Datuk Tabano dibunuh Belanda, hanyalah Datuk Seribu Garang.

Belanda memancing Datuk Seribu Garang untuk keluar dari persembunyiannya dengan mengancam, apabila Datuk Seribu Garang tidak menyerahkan diri kepada Belanda, maka mayat Datuk Tabano akan dicincang-cincang oleh Belanda.

Akhirnya Datuk Seribu Garang menyerah dan ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Pulau Digul.

Di Pulau Digul, Datuk Seribu Garang berhasil menaklukan seorang Centeng yang paling kuat tak terkalahkan di Penjara Belanda.

Centeng tersebut mengabdi kepada Datuk Seribu Garang. Ketika Datuk Seribu Garang dibebaskan, Centeng yang ditaklukkan oleh Datuk Seribu Garang itu diajak pulang kampung oleh Datuk Seribu Garang ke Bangkinang dan Centeng tersebut diangkat menjadi Saudara sepersukuan Melayu Datuok Mudo.

“Centeng yang ditaklukkan oleh Datuk Seribu Garang itu dari Suku Jawa, berbadan kekar dan hitam legam,” kata Yurnalis.

Akhirnya, Datuk Seribu Garang mengabadikan namanya dengan panggilan “Manggi” atau manggis dalam bahasa Indonesianya.

Manggi dikawinkan oleh Datuk Seribu Garang dengan warga Kampungnya di RT Mulintang Dusun Cubadak Desa Muara Uwai Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

“Cucu-cucu dan Cicit-cicit Manggi memanggilnya dengan panggilan Tuknyang Manggi. “Abang tak bejumpo  dengan Tuknyang Manggi tu Adinda,” kata Yurnalis kepada auranews.id, Ahad (17/11/2019).

Kenang-kenangan dari Datuk Seribu Garang dari Pengasingannya di Pulau Digul adalah Tempurung kelapa utuh bermata satu. Yurnalis mengaku sempat menjumpai tempurung kelapa tersebut.

Makam Datuk Seribu Garang berada di Bukit Kampung Deling Desa Pulau Lawas Bangkinang. Beliau lahir diperkirakan akhir abad 19 atau 1870-an.

Yurnalis Basri, S.Sos, M.Si.

“Cerita ini saya dapat dari Niniok Mamak, Alm. Zakaria Datuk Panglimo Jelo. Datuk Seribu Garang dulu merupakan Dubalang Suku Melayu Datuok Mudo. Ibaratnya Pengawal Penghulu Suku Datuok Mudo. Datuok Mudo merupakan salah satu dari Niniok Mamak nan 12 di Kenegerian Bangkinang,” terangnya.

Terkait longsor dan tidak terpeliharanya jalan Datuk Seribu Garang di Kabupaten Kampar, Yurnalis sangat menyayangkan hal ini. Ia berharap kepada pemerintah daerah untuk memperhatikan jalan ini.

“Mengingat besarnya perjuangan Datuk Seribu Garang, saya berharap kepada Pemkab Kampar bisa memindahkan nama jalan ini ke dalam kota atau paling tidak jalan tersebut dipelihara dan difungsikan dengan baik,” tukas Putra Kelahiran Bangkinang 48 tahun silam tersebut. ***

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments