PEKANBARU (auranews.id) – Universitas Islam Riau (UIR) dan Telkomsel menyepakati kerjasama di Bidang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Layanan Telekomunikasi Selular.
Nota Kesepahaman kerjasama ditanda-tangani Rektor UIR Prof. Dr. H. Syafrinaldi, SH, MCL dengan Vice President Sales & Marketing Area Sumatera Erwin Tanjung di Gedung Rektorat Kampus UIR Jalan Kaharuddin 113 Pekanbaru pada Rabu siang (7/11/2018).
Hadir menyaksikan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) Wakil Rektor II Ir. H. Asrol, Wakil Rektor III Ir. H. Rosyadi serta dari Telkomsel Nur Cahyo Priyadi sebagai General Manager Youth and Community Telkomsel Area Sumatera, Billy Goenandar, Manager Youth and Community Sumbagteng bersama jajaran Telkomsel Pekanbaru.
Dalam Nota Kesepahaman yang berjangka satu tahun sejak ditanda-tangani itu disebutkan, bahwa kerjasama ini meliputi tiga bidang.
Masing-masing bidang pendidikan melalui kegiatan entrepreneurship, bidang peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui kegiatan pemagangan dan penelitian. Serta bidang penyelenggaraan telekomukasi selular.
Wakil Rektor Bidang Kerjasama Rosyadi menjelaskan, kerjasama UIR dengan Telkomsel bertujuan untuk memanfaatkan peranan UIR-Telkomsel dalam mendukung pelaksanaan pengembangan pendidikan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pengembangan penyediaan jasa layanan telekomunikasi selular.
”Kita juga memfasilitasi diskusi serta perencanaan mengenai potensi hubungan kerjasama para pihak,” kata Ir. Rosyadi sambil berharap telkomsel dapat menjadi mitra kerja yang baik bagi Universitas Islam Riau.
Sebelum MoU diteken, telkomsel menggelar acara Coaching Clinic Entrepreneurship Be The Next Level of U yang diselenggarakan di Auditorium Kampus UIR.
Coaching Clinic yang disambut antusias mahasiswa ini menghadirkan dua pembicara, yakni Yuyun Hidayat, ST, MSc sebagai Ketua Kadin Kota Pekanbaru, serta Dimas Wisageni selaku Owner Waroeng Wahid.
Kepada mahasiswa General Manager Youth & Community Telkomsel Area Sumatera, Nurcahyo Priyadi berpesan, agar setelah lulus kuliah mahasiswa tidak hanya berfikir untuk bekerja menjadi karyawan perusahaan atau pegawai negeri sipil.
Mahasiswa yang berfikir demikian, menurut Nurcahyo, memang tidak salah. Tapi jangan semata menggantungkan harapan dari menjadi karyawan maupun PNS.
”Masa muda harus digantungkan sebanyak mungkin pada kegagalan karena dari kegagalan itu kita mendapat pelajaran baru, lalu bangkit dan bangkit. Gagal beberapa kali tidak masalah, itu jadikan batu loncatan meniti karier di masa depan,” kata Nurcahyo.
Kalau adik-adik mahasiswa bekerja di perusahaan besar, ujarnya, kita hanya tahu secuil dari sebuah proses yang panjang. Sebaliknya bila bekerja di perusahaan kecil, maka adik-adik akan tahu semua.
Mulai dari proses pendirian perusahaan, manajemen sampai ke bisnis yang harus digeluti.
”Usia 30 sampai 40 tahun kita harus menjadi yang terbaik. Saat kita berada di umur 40-50 kita sudah menjadi orang yang dapat memberi peluang kerja kepada anak-anak muda,” tambah Nurcahyo.
“Kesempatan untuk berkembang sangat besar sekali. Belajarlah dari banyak hal terutama dari kegagalan orang. Jangan semata mampu melihat keberhasilan orang lain,” ujarnya.
”Adik-adik beruntung karena di zaman sekarang sudah banyak roh model yang dapat dijadikan contoh. Tak perlu jauh-jauh mencari contoh. Di Indonesia banyak orang-orang berhasil yang merintis usaha dari nol,” tukas Nurcahyo.
(**)