PALU (auranews.id) – Gempa Bumi dan Tsunami yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) lalu, masih menyisakan luka yang sangat mendalam bagi masyarakat setempat.
Sudah satu bulan peristiwa itu berlalu, namun warga masih merasa ketakutan bahkan sampai ada yang trauma dengan kejadian yang menelan ribuan nyawa tersebut.
“Masyarakat masih banyak di pengungsian dan dari segi mental mereka trauma akan bencana, apalagi anak-anak. Jadi kami di sini buat program psikososial bencana,” kata salah seorang tim relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) yang berasal dari Kabupaten Kampar, Riau, Uul Ak saat dihubungi AuraNews, Rabu (31/10/2018).
Dijelaskannya, tim psikososial ini berjalan ke tiap-tiap Posko untuk mengurangi beban mental dari masyarakat. “Kami juga membentuk tim medis guna memeriksa kesehatan masyarakat yg berada di pengungsian,” terangnya.
Untuk di Palu, dikatakan Uul, kini situasi sudah kondusif. Penjarahan yang ada di pemberitaan sudah tidak ada, cuma untuk masyarakat masih banyak berada di Posko pengungsian karena rata-rata masyarakat yang berada di Posko pengungsian itu adalah masyarakat yang sudah tidak ada rumah dan rumahnya yang sudah rusak berat.
“Tapi, masyarakat yang rumahnya rusak ringan sudah berangsur balik ke rumah masing-masing. Untuk status bencana di Palu sudah status recovery,” jelas Uul.
Sementara itu, Koordinator Posko Palu Timur, Choirul Sani mengatakan bahwa ACT MRI langsung turun ke lokasi pasca bencana.
“Kami disini fokus untuk mendistribusikan bantuan pangan. Jadi kami sudah membuat banyak dapur umum siap santap untuk masyarakat yang berada di pengungsian. Dapur umum itu kami bekerjasama langsung dengan masyarakat untuk mengolah dan memasak bersama-sama,” kata Choirul Sani.(NDs)