SEMARANG(AuraNews) – Ibarat sekali berjalan dua ‘daerah’ terlewati. Itulah yang dilakoni Rektor Universitas Islam Riau Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.C.L ketika berada di Kota Semarang, Jawa Tengah, mengikuti Rapat Kerja Nasional Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta di Universitas Islam Sultan Agung, 20-22 September.
Rektor Syafrinaldi bersama Dean of College of Islamic Studies Hamad bin Khalifa University Prof. Dr. Emad Shahin menandatangani Memory of Understanding (MoU) bidang Student Articulation, Join Research, Lecturers Exchange, Student Exchange, Curriculum Develompment and Joint Seminar. Sementara dengan Rektor Unissula Ir. H. Prabowo Setiyawan, MT., Ph.D, UIR bersepakat menjalin kesepahaman di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Penanda-tanganan kedua MoU itu, turut dihadiri Wakil Rektor I UIR Dr. H. Syafhendry, Kepala LPPM Dr. Evizal Abdul Kadir, Wakil Rektor III Unissula Dr. Mohammad Qomaruddin, MSc, dan para Presenter International of Islamic Higher Education Institution Towards Global Competitiveness Dr. Zulkarnain Umar, Dr. Nella Lucky, Rio S. Rifai’i, Dr. Syafroni, Dini Tiara Ichi dan Cifebrima Suyastri.
Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik UIR Dr. H. Syafhendry, penanda-tanganan MoU antara UIR dengan Qatar dan Unissula terasa agak istimewa karena berlangasung dalam suasana Rapat Kerja Nasional BKPTIS dan Conferensi Islam International yang dihadiri para Rektor Perguruan Tinggi Islam Swasta di Indonesia.
”Kita sangat wellcome untuk bekerjasama dengan universitas mana pun baik di dalam maupun di luar negeri. Kerjasama itu penting bukan semata untuk meningkatkan kualitas pendidikan di UIR namun memberi laluan baik kepada mahasiswa maupun dosen dalam menimba pengetahuan dengan universitas yang kita kerjasamakan. Termasuk kerjasama di bidang penelitian. Usai MoU hendaknya fakultas terkait dapat menindak-lanjuti MoU dalam bentuk MoA (Memory of Agreement),” ungkap Syafhendry.
Menjawab pertanyaan, keikut-sertaan UIR dalam Rapat Kerja Nasional BKPTIS, Syafhendry manandaskan, itu merupakan bagian dari bentuk kebersamaan sesama PTIS (Perguruan Tinggi Islam Swasta) meningkatkan kualitas catur dharma perguruan tinggi.
”Di wadah ini, sesama Rektor saling bertukar ide dan gagasan mengembangkan perguruan tinggi masing-masing. Juga menjalin kerjasama dalam usaha meningkatkan kuliatas pendidikan. Sebagai sebuah universitas, kita tak bisa mengembangkan sayap sendiri, namun perlu bantuan perguruan tinggi lain. Salah satunya, bagaimana menghilangkan dikatomi antara universitas swasta dengan universitas negeri sehingga dalam persepsi masyarakat, semua perguruan tinggi itu sama. Tak ada lagi pembedaan ini swasta dan ini negeri. Penyetaraan itu membutuhkan peran organisasi,” papar Syafhendry.
Ia berharap, hasil-hasil Rakernas BKPTIS 2018 membawa kemajuan positif PTIS.(**)