(AuraNEWS.id) –
Oleh: Fahri Hamzah
Yth Pak Jokowi
Lombok dilanda gempa lagi…diatas 5 dan 6 SR.
Desa-desa di Selatan hancur dan rakyat keluar berhamburan sambil melihat sisa-sisa hidup mereka ambruk.
Belum selesai 3 gelombang gempa sebelumnya, sekarang datang lagi.
Saya mendapat beberapa video dan gambar kiriman tim saya di lapangan.
Sungguh bencana ini besar. Gempa ini seperti datang untuk menyudahi pekerjaannya menghancurkan sisa-sisa harapan.
Dan rakyat dalam kepasrahan yang melemahkan.
Gempa pertama datang seperti mengguncang, gempa kedua seperti meretakkan dan gempa ketiga menghancurkan.
Sekarang gelombang gempa keempat ini seperti akan menghancurkan sisa-sisa.
Tak ada lagi yang bisa dilihat berdiri sebagai tumpuan. Rumah atau harapan.
Sementara itu, masjid-masjid yang runtuh telah membuat masyarakat semakin paham bahwa pada akhirnya, Allah saja tempat meminta tolong.
Sungguh mudah bagi masyarakat untuk mengabaikan negara karena bencana dianggap sebagai bagian dari komunikasi langit.
Bencana ini dan bencana apapun adalah kasih sayang Ilahi yang sulit dimengerti dengan nalar.
Padahal “telah terjadi kerusakan akibat ulah tangan manusia”. Bumi kita semakin tidak seimbang karena kerakusan yang merajalela; dicukur, dikeruk dan dihisap hingga lumat.
Tapi layakkah negara menikmati kesabaran rakyat?
Layakkah bencana ini dilihat sebagai belas kasihan yang sukarela semata?
Layakkah negara abai dan bersikap pelan?
Layakkah kemiskinan seketika ini juga oleh negara sebagai musibah yang diterima dengan pasrah semata?
Mari bergerak cepat bapak Presiden, hampir 80.000 rumah hancur sebelumnya.
Mungkin sudah 100.000 sekarang. Hampir setengah juta pengungsi.
Dengan seluruh potensi buruk yang bisa terjadi.
Ayolah bergerak cepat. Sebab semua nampak masih lamban.
Usul saya tentang Bencana Nasional Lombok telah ditolak dengan berbagai alasan. Tapi tidak berarti kita tidak bisa berbuat lebih cepat dengan membuat lembaga khusus.
Kita berkejaran dengan waktu dan juga gelombang bencana yang kita tak tahu akhirnya.
Kita seakan-akan “dikerangkeng” birokrasi bencana. Yang bergerak banyak sekarang masyarakat sipil.
Sumber: fahrihamzah.com
Sumber: kicknews.today