JAKARTA (AuraNews.id) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jumlah korban meninggal akibat gempa Lombok yang berkekuatan 7 Skala Richter (SR) pada Ahad (5/8/2018), bertambah menjadi 91 orang.
“Jumlah korban meninggal menjadi 91 orang, 209 luka-luka, ribuan rumah rusak, dan puluh ribuan mengungsi. Ini data sementara, kemungkinan bisa bertambah karena pendataan masih dilakukan,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, (6/8/2018).
Ia menambahkan korban meninggal kebanyakan karena tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa. Namun ada pula yang meninggal setelah terjatuh dan mengalami stroke saat berlari menyelamatkan diri ketika gempa terjadi.
Sutopo mengatakan, korban meninggal segera dibawa ke rumah sakit untuk di identifikasi dan akan mendapat santunan sebesar Rp 15 juta dari Kementerian Sosial, sedangkan yang terluka segera dirawat di rumah sakit dan mendapat santunan Rp 2,5 juta.
Menurut Sutopo, hingga saat ini masih terus didata mengingat belum seluruh wilayah terdampak gempa Lombok terjangkau oleh tim gabungan SAR.
Saat gempa 7 SR mengguncang Lombok, ia mengatakan ada 10.000 masyarakat yang masih mengungsi di berbagai titik pengungsian pascagempa berkekuatan 6,4 SR pada 29 Juli 2018. Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah melebihi angka pengungsi sebelumnya menjadi sekitar 20.000 orang.
“Pendataan otomatis diulang lagi dari awal, karena ada rumah warga yang kondisinya retak pascagempa 6,4 SR sekarang roboh,” ujar Sutopo.
Sutopo mengatakan banyak masyarakat yang tak memahami status level waspada tsunami yang kemarin dikeluarkan BMKG pasca Gempa Lombok. Akibatnya, hingga kini masih banyak yang mengungsi di perbukitan atau daerah lebih tinggi meski status tersebut sudah dicabut sejak Ahad malam (5/8/2018).
Meski demikian, kata Sutopo, banyak pula dari mereka yang memilih mengungsi hanya di depan rumah masing-masing sambil menjaga harta bendanya.
Sumber: tempo.co